1. Pengertian
Thoharoh
Menurut bahasa thaharah berarti “bersuci”. Sedangkan
menurut istilah syara’ thaharah adalah
mensucikan diri, pakaian,
tempat dari segala kotoran (najis) dan hadas, baik itu hadas besar maupun hadas
kecil sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh syariat islam.
Thaharah merupakan kedudukan yang
paling utama dalam beribadah. Apabila seseorang sudah bisa memahami thaharah
maka sangat mudah ia untuk beribadah kepada Allah. Akan tetapi jika seseorang
belum memahami tentang thaharah maka sungguh ibadahnya tidak sah. Karena setiap
orang yang akan melakukan shalat, diwajibkan terlebih dahulu bertaharah
(bersuci). Seperti berwudhu, bertayamum atau mandi. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam
Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat : 6
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman
apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu
sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan basuhlah kakimu sampai dengan
kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau
dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu
tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih);
sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan
kamu, tetapi Dia (Allah) hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagimu, supaya kamu bersyukur”. (QS. Al-Maidah: 6).
2. macam-macam
thoharoh
a.
thoharoh
zahir .
(a)
thaharah
dari khabats (kotoran yang tampak) atau disebut juga dengan najis ‘ainy/hissy,
dan (b) thaharah dari hadats (keadaan yang dihukumi oleh syariat
sebagai sifat tidak suci) yang disebut juga najis hukmy/maknawy. Kedua
kotoran ini (Khabats dan hadats) masing-masing memiliki
pembagian dan cara membersihkannya.
Khabats memiliki tiga
pembagian yaitu: (a) Mughallazhah (berat), seperti liur babi dan
anjing) dibersihkan dengan air tujuh kali, dan salah satunya dengan tanah. (b) Mutawassithah
(sedang), seperti kotoran manusia, dibersihkan dengan air sampai hilang warna
dan baunya. (c) Mukhaffafah (ringan), seperti air kencing bayi
laki-laki yang belum makan apapun kecuali dari susu ibunya. Cara
membersihkannya cukup dengan memercikkan air di atasnya.
Adapun hadats mempunyai dua pembagian yaitu (a) hadas
kecil yang dihilangkan dengan berwudhu dan (b) hadas besar (junub, dan
haid dan nifas) yang dihilangkan dengan ghusl (mandi wajib). Saking
pentingnya kedua thaharah ini Allah menjadikannya menjadi syarat sahnya ibadah
yang paling pokok dalam dalam islam yaitu shalat.
Tentang penampilan yang bersih dan baik, Islam tidak
melalaikannya, bahkan menyebutnya sebagai fitrah manusia. Rasulullah saw
menyabdakan bahwa ada lima hal yang merupakan fitrah manusia yaitu: memotong
kuku, mencukur kumis, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan dan
memanjangkan jenggot. Jika kita memperhatikan semua fitrah itu dengan seksama,
tiada lain menunjukkan fitrah kebersihan yang diajarkan oleh Rasulullah kepada
umatnya. Selain itu, beliau juga mesyariatkan kepada umatnya untuk selalu
menjaga kebersihan gigi. Rasulullah menyeru umatnya untuk melakukan siwak
(sikat gigi) setiap hendak melakukan ibadah shalat. Bahkan sampai akhir hayat,
ketika Rasulullah menghadapi skaratul maut, beliau sempat-sempatnya
bersiwak. Tidakkah semua itu mengisyaratkan betapa Islam sangat mementingkan
kebersihan dan kesucian? Indahnya, bahwa Islam tidak hanya menjadikan semua itu
sebagai amalan bisa, tetapi menjadikannya ibadah yang apabila dilaksanakan akan
berpahala. Rasulullah saw bersabda, “as-siwâku
math·haratun li ‘l-fami wa mardhâtun li ‘r-Rabb.” (HR. Bukhari) (Siwak adalah
kebirsihan bagi mulut dan keridhaan di sisi Allah)
b. Sedangkan
thaharah batin juga ada dua macam yaitu:
(a) Thaharah amal perbuatan dari dosa dan maksiat, baik
dosa besar maupun dosa kecil. Dosa besar seperti dosa-dosa besar yang
disebutkan Nabi saw yaitu, perbuatan syirik, membunuh manusia dengan jalan yang
tidak benar, sihir, memakan harta riba, memakan harta anak yatim, berbuat zina,
durhaka kepada orang tua, mencuri, menuduh perembuan baik-baik berzina, lari
dari medan pertempuran dan sebagainya. Dosa kecil seperti melalaikan tugas dan
kewajiban, menyia-nyikan waktu, berkata yang tidak bermanfaat dan tidak baik
dengan sengaja, memandang kepada hal-hal yang diharamkan, suka membicarakan dan
mendengar aib orang lain, tidak proporsional dalam memberikan hak-hak orang,
suka berbicara atau berbuat kasar yang menyakiti hati orang lain dan
sebagainya. Cara membersihkan semua itu adalah dengan bertaubat dan
menggantinya dengan amal shalih. Allah berfirman, “Inna ‘l-hasanât
yudzhibna ‘s-sayyi’ât.” (Sesungguhnya
perbuatan baik itu akan menghapus perbuatan buruk)
(b) Thaharah dari aib dan penyakit hati, seperti riya’
dan ‘ujub dalam melaksanakan kebaikan (tidak ikhlas karena Allah),
sombong, dengki terhadap kebahagiaan orang lain, khianat terhadap kepercayaan
yang diberikan, tidak merasa takut kepada Allah dan meremehkan perintah dan
larangannya, tidak bersyukur kepada nikmat-Nya, tidak bersabar terhadap
cobaan-Nya dan sebagainya, tidak ridha dengan qadha’ dan qadar-Nya,
dan sebagainya. Cara membersihkannya adalah dengan bertaubat sebagaimana firman
Allah di atas (Innallâha yuhibbu ‘t-tawwâbîn…) dan menyempurnakan
ibadah hati seperti ikhlas, ridha, khauf, roja’ syukur,
sabar, tawakkal, mahabbatullah dan sebagainya.
Rasulullah saw bersabda, “At-Thuhûr syathru ‘l-îmân.”
(kesucian adalah setengah dari iman). Tidakkah kita memperhatikan betapa tinggi
makna ungkapan Rasulullah di atas? Iman adalah segala-galanya bagi orang
muslim, dan setengah dari iman itu adalah kesucian. Hal ini menunjukkan betapa
istimewanya kedudukan thaharah dalam Islam. Dan jelas bahwa kesucian yang
dimaksud bukan hanya kesucian jasmani tetapi juga kesucian rohani.
3.
Syarat wajib thaharoh
Syarat-syarat
wajib thaharah bagi orang yang hendak melakukan shalat ada 10, yaitu :
1.
Islam
2.
Baligh
3.
Berakal
4.
Berhentinya darah dari haid atau nifas
5.
Telah masuk waktu sholat
6.
Tidak tidur
7.
Tidak lupa
8.
Tidak terpaksa
9.
Adanya air atau debu
10.
Dapat melakukan sesuai dengan kemampuan
Alat-alat yang dapat digunakan untuk bersuci :
1. Air
2. Tanah/debu yang suci
3. Batu untuk istinja
4. Hikmah diyariatkannya thaharoh
a. bersuci merupakan bentuk pengakuan Islam terhadap fitrah manusia.
Manusia memiliki kecenderungan alamiah untuk hidup bersih dan menghindari
sesuatu yang kotor dan jorok. Karena Islam adalah agama fitrah maka ia pun
memerintahkan hal-hal yang selaras dengan fitrah manusia.
b. menjaga kemulian dan wibawa umat Islam. Orang Islam mencintai
kehidupan bermasyarakat yang aman dan nyaman. Islam tidak menginginkan umatnya
tersingkir atau dijauhi dari pergaulan lantaran persoalan kerbersihan.
Seriusnya Islam soal perintah bersuci ini menunjukkan komitmennya yang tinggi
akan kemuliaan para pemeluknya.
c. menjaga kesehatan. Kebersihan merupakan bagian paling penting yang
memelihara seseorang dari terserang penyakit. Ragam penyakit yang tersebar
umumnya disebabkan oleh lingkungan yang kotor. Karena itu tidak salah pepatah
mengungkapkan, "kebersihan adalah pangkal kesehatan".
Anjuran untuk membersihkan badan,
membasuh wajah, kedua tangan, hidung, dan kedua kaki, berkali-kali saban hari
relevan dengan kondisi dan aktivitas manusia. Sebab, anggota-anggota tubuh itu
termasuk yang paling sering terpapar kotoran.
d. menyiapkan diri dengan kondisi terbaik saat menghadap Allah: tidak
hanya bersih tapi juga suci. Dalam shalat, doa, dan munajatnya, seorang hamba
memang seyogianya suci secara lahir dan batin, bersih jasmani dan rohani,
karena Allah yuhhibbut tawwâbîna yayuhibbul mutathahhirîna (mencintai
orang-orang yang bertobat dan menyucikan diri).
KESIMPULAN
Menurut bahasa thaharah berarti “bersuci”. Sedangkan
menurut istilah syara’ thaharah adalah
mensucikan diri, pakaian,
tempat dari segala kotoran (najis) dan hadas, baik itu hadas besar maupun hadas
kecil sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh syariat islam.
Thaharoh terbagi menjadi dua macam, yaitu 1. thaharoh
zahir 2. thaharoh batin.
Hikmah diyariatkannya thaharoh yaitu :
1. bersuci merupakan bentuk pengakuan Islam terhadap fitrah manusia.
2. menjaga kemulian dan wibawa umat Islam.
3. menjaga kesehatan.
4. menyiapkan diri dengan kondisi terbaik saat menghadap Allah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar